Jumat, 26 Maret 2010

Bahagia karena stupid/ bodoh?

Ada hal menarik untuk diamati pada orang-orang yang sedikit-sedikit suka menyebut-nyebut nama Tuhan. Dalam segala hal selalu mengkait-kaitkan dengan Tuhan. Menariknya orang seperti ini biasanya wajahnya terlihat penuh senyuman, murah senyum, suka bercanda, dan beberapa orang menganggap inilah kebahagiaan. Ya, senyuman dan wajah yang berseri itu berasal dari sukacita surga.
Mengenai ini saya jadi tertarik untuk mengupas bahwa ternyata orang semakin pandai semakin tidak "bahagia"......Sebaliknya orang yang bodoh - tidak pandai - justru lebih "bahagia". Sangat rugi jika Anda tidak menyimak artikel yang satu ini


Kali ini saya ingin mengupas semuanya dengan sebuah cerita nyata. Inilah suatu kisah yang saya alami. Simak baik-baik:

Suatu malam terjadi mati lampu setengah di tempat tinggal saya. Kenapa setengah? karena bukan padam lampu total. Lampu di beberapa kamar tidak mau menyala. Namun pada beberapa kamar lampu menyala. Yang menarik adalah tidak ada NCB (sekring rumah) yang berada pada posisi off. Jika dites, ternyata semua listrik tidak ada yang putus.

Beberapa penghuni lain di rumah berkata, ini mati lampu setengah. Kemarin terjadi, biarkan saja nanti juga lampu-lampu menyala sendiri. Otak saya tidak bisa berhenti berpikir mengapa hal ini terjadi. Sejenak saya merasa suhu ruangan semakin memanas. Maka saya memutar kipas angin saya lebih kencang lagi. Namun saya tetap merasa panas dan merasa ganjil dengan putaran kipas angin. Eureka! Saya merasa ada yang tidak beres dengan kipas angin saya. Maka saya mengambil volt meter (alat untuk mengukur tegangan). Jarum pengukur menunjukkan angka 170 Volt.

Tahukah Anda artinya 170? Listrik di Indonesia normal dari PLN ialah 220 Volt. Artinya tegangan listrik di malam hari turun 50Volt. Itulah sebabnya beberapa lampu tidak mau menyala!

Apa yang Anda petik dari cerita di atas?
Orang yang bodoh -tidak tahu apa-apa dapat dengan tenang, menikmati suasana yang terjadi. Tetapi bagi yang mengerti lebih banyak membuat menjadi berpikir macam-macam.

Eitss... sebelum menarik kesimpulan sendiri, cerita saya belum selesai. Begini kelanjutannya:

Tegangan yang turun bukan hanya soal beberapa lampu mati dan kipas angin berputar. Tapi ini soal peralatan elektronik yang rentan rusak karena listrik tidak stabil. Maka saya mengecek komputer dan speaker kesayangan saya yang sebelumnya dilindungi stabilizer atau stavol atau AVR. Tegangan dari stabilizer tercatat 200Volt. Apakah ini akan merusak alat-alat mengingat seharusnya mereka bekerja pada 220 volt?

Ternyata alat-alat listrik sekarang ini sudah didesain memiliki toleransi 10%. Maksudnya dia akan bekerja baik-baik saja jika tegangan kurang atau lebih 10 % dari 220Volt. Maka 200 masih tergolong aman, hanya saja sangat tidak ideal dan kristis pada batas bawah. Namun tanpa stabilizer, tegangan 170 tentunya sangat merusak alat-alat elektronik.

Teman-teman saya yang tidak mengerti hal ini akan tetap bahagia, tersenyum, menikmati beberapa peralatan elektronik mereka meskipun listrik "mati setengah". Bagaimana dengan saya yang mengerti? Silakan tebak sendiri.

Singkat cerita instalasi listrik diperbaiki dan tegangan kembali normal di 220. Apakah ini berarti beres dan bisa hepi-hepi?

Ada satu insting dari pemahaman saya. Guys, stabilizer disebut automatic voltage regulator. Ketika tegangan turun dia akan meregulasikan atau memproses supaya tegangan dinaikkan. Demikian ketika tegangan terlalu tinggi, dia akan berjuang untuk menurunkan pada posisi normal. Dia bisa menambah atau menurunkan tegangan.

Ketika listrik turun 170 dia menaikkan pada 220. Ketika tegangan kini stabil 220 maka tugas dia adalah menjaga kestabilannya. Insting saya berpikir, apakah stabilizer saya yang tadinya menaikkan kini sudah bekerja normal?
Saya kaget mendapatkan tegangan yang keluar adalah 250V !!!! artinya dia masih bekerja menaikkan listrik. Entah menganggapnya kekurangan tegangan sehingga ia menambah atau justru dia tidak mendeteksi bahwa tegangan kini kembali normal.

Akhirnya waktu saya habis berjam-jam untuk membongkat stabilizer tua saya.... Matsunaga asli jepang, yang harga barunya sekarang sekitar 1 juta. Dibandingkan stabilizer matsunaga palsu China yang berkisar 200 ribu.


Apakah sekarang Anda mengerti artinya semakin pandai semakin "tidak bahagia"? Semakin bodoh justru akan semakin "bahagia".

Semakin orang tidak mengerti apa-apa ia akan menjalani hidup ini seperti everything goes right. Tidak pusing ini dan itu karena tidak tahu apa-apa. Hm.... coba renungkan apa yang Anda dapat dari cerita ini dengan orang-orang yang suka bercuap-cuap Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar